MACCANEWS -- Harapan bangsa dan negara Pemuda produktif yang tidak konsumtif terhadap hegemony apatis, pragmatis dan hedon merupakan salah satu aset terbesar yang dimiliki oleh negara, dipersiapkan untuk melakukan perubahan dan menjalankan prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Dilihat dari eksistensinya dalam menjawab tantangan zaman.
Pemuda yang diharapkan oleh negara adalah mengadopsi kembali semangat pemuda dulu yang peka terhadap kondisi-kondisi diskriminasi. Menyikapi sistem yang bobrok dan mengindari praktek-praktek yang bernilai negatif, menjunjung tinggi semangat kebersamaan tanpa membedakan suku, ras, agama dan budaya karena semangat itu, pemuda dipersatukan dalam bingkai bhinneka tunggal ika yang merupakan semboyan negara.
Banyak pemuda yang terjebak dalam dunia premanisme, karena pendidikan moral yang kurang. Tindakan illegal yang potensi merusak generasi penerus bangsa, contoh: maraknya begal, pemerkosaan, dan penyalahgunaan narkoba. Itu salah satu yang akan menghancurkan generasi bangsa dan akan berdampak luas terhadap negara. Kita bisa ukur, para penyelenggara negara saat ini mungkin masa mudanya tidak sehancur sebagian pemuda sekarang ini, akan tetapi tetap kewalahan menghadapi masalah-masalah kenegaraan.
Sistem pemerintahan yang sedang goyah, sistem perekonomian yang tidak stabil, sistem pendidikan yang tidak menentu kebijakannya dan tidak memperioritaskan mutu terhadap siswa dan mahasiswa, sistem hukum yang berbelit-belit yang terkadang melenceng dari tujuan hukum itu sendiri, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Dan system politik yang terlalu banyak kepentingan,
sehingga berdampak pula pada pemuda yang terlibat dalam dalam politik tanpa menganut sistem demokrasi. Ironisnya banyak pemuda yang terlibat dalam politik praktis dengan segala itikad, kepentingan dan ambisi yang tinggi hadir bersamaan untuk memperebutkan kekuasaan, kedudukan atau jabatan semata.
Seandainya paham demokrasi belum terkonsepsi, bisa kita bayangkan betapa kejamnya dunia perpolitikan dengan praktek perang atau benturan fisik antara dua kubu yang saling menghancurkan. Tapi setelah konsep demokrasi eksis di dunia ini, politik praktis didesain dengan menyerupai pertarungan yang saling melakukan pembunuhan karakter, saling menghancurkan taktik dan strategi, saling berlomba mendapatkan simpati publik dan pencitraan yang berlebihan. Inilah wujud sebagian pemuda yang tejebak diwilayah politik praktis. Dengan keegoisan dan keserakahan akan kekuasaan, terkadang buta akan prinsip ideologi dan kontrak politik yang dibangun, sehingga menempuh jalan lain dengan menghalalkan segala cara demi eksistensinya dalam menduduki jabatan tertinggi.
Idealnya dalam berpolitik adalah menganut sistem politik demokrasi pancasila, yang pada prinsipnya sistem ini mengambil nilai-nilai luhur dari pancasila dengan menerapkan nilai ideologi, nilai kemanusian, nilai persatuan dan nilai musyawarah serta nilai keadilan. Baik penerapannya dalam partai politik, organisasi masyarakat dan organisasi kemahasiswaan. Konon sistem ini yang diterapkan di Indonesia tapi realitas demokrasi sampai hari ini melenceng dari sistem politik demokrasi pancasila. Justru dunia politik lebih mengarah pada perpecahan kelompok, saling memutuskan hubungan kekeluargaan, terjadi penghianatan. Terkadang kita tidak mampu membedakan yang mana politik yang mana poLICIK.
Seorang tokoh pemuda dizamannya, soekarno mengatakan “perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri” tapi berbeda dengan kondisi politik pemuda saat ini yaitu, “perjuanganku lebih mudah karena bertarung dengan lawan politikku, tapi perjuanganmu lebih kejam karena melawan koalisi sendiri.
Insan yang telah bersumpah pada hari ini bahwa mereka adalah pemuda, maka tidak cukup dengan ucapan kata, akan tetapi membutuhkan sebuah tindakan nyata yaitu Menjadi pemuda pelopor perubahan. Menghindari sifat apatis terhadap kepentingan umum, menghindari sifat pragmatis dalam memangku jabatan, dan menghindari praktik hedonisme. (*/Jn)
Penulis : Riska
0 komentar: