Kejutan diberikan usai pembukaan Workshop Penerbitan Sertifikat Elektronik dan Penggunaan Aplikasi Tanda Tangan Elektronik di Golden Tulip Hotel, Jalan Sultan Hasanuddin Makassar.
Ismail Hadjiali yang sehari-hari bertugas mengurusi hal yang berkaitan dengan teknologi informasi dan persandian ini ternyata jauh melenceng dari apa yang dicita-citakannya.
Anak pertama dari tujuh orang bersaudara ini pernah bercita-cita menjadi seorang insinyur pertanian. Namun, harus kandas karena Ismail Hadjiali tidak lulus di SPMA yang beralamat Jalan Amirullah, melainkan di SMAN 3 Makassar.
Ismail Hadjiali menceritakan, masa kecilnya dihabiskan di Leppangeng, Lappariaja, Kabupaten Bone. “Waktu SD, pergi sekolah jalan kaki, sepatu menyesuaikan, karena 3 km PP. Terus kalau mau ke Makassar naik truk tentara, ikut pengambil beras,” ucapnya kepada makassarmetro.com.
“Saya pernah sekolah di SD Negeri 22 Mamajang Raya, pindah waktu kelas 4 di Bone, SD Inpres Tauladan Patangkai. Lanjut di SMP Negeri Ujung, Lamuru. Tamat SMP tahun 1978, mau masuk SPMA di Amirullah dulu. Karena cita-cita saya insinyur pertanian. Tapi tidak lulus. Lanjut di SMA 3,” sambungnya.
Setelah tamat SMA, Ismail kuliah di Unhas tahun 1982 pada Fakultas Non Gelar Ilmu Sosial (Fanogis) Program Pendidikan Ahli Perusahaan (PPAP) hingga awal tahun 1984. Kemudian ikut tes masuk pegawai negeri sipil di lapangan Karebosi.
“Berdasarkan SK Menteri, penempatan Bappeda. Jabatan saya mulai staf, Kasi, Kasubid, Kabid Litbang, 2009 Sekretaris Bappeda,” kata Ismail yang hobi bermain bulutangkis.
Kemudian, pada tahun 2014 menjabat Wakil Direktur RSUD Daya selama satu tahun. Sebab pada tahun berikutnya ikut open bidding atau lelang jabatan KP3S.
“Tanggal 30 Mei 2016, saya dilantik sebagai Sekretaris Diskominfo di Taman Makam Pahlawan. SK tidak bermalam, kemudian ditunjuk sebagai Plt. Kadiskoperasi hingga definitif,” pungkas pria yang melanjutkan S3 Ilmu Manajemen di UMI Makassar ini.
SOCCER
0 komentar: