MACCANews ---- Komunikasi memegang peranan penting dalam menunjang kinerja organisasi. Komunikasi seyogyanya tidak hanya dilakukan di internal organisasi, tetapi juga dilakukan dengan organisasi mitra dan pemerintah. Sebab itu, keterampilan berkomunikasi lisan maupun tulisan perlu dimiliki oleh segenap unsur dalam suatu organisasi.
“Sebagai pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) tingkat Dewan Pimpinan Daerah (DPD), Pimpinan Cabang (PC), dan Pimpinan Anak Cabang (PAC) sepatutnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, santun, dan elegan dalam berkomunikasi,” kata Wakil Ketua LDII Sulawesi Selatan, Dr Sukardi Weda saat menyampaikan materi keterampilan berkomunikasi dalam pelatihan dan pembekalan organisasi LDII Makassar di Masjid Nurul Hakim, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (29/10/2017).
Pelatihan diikuti pengurus LDII tingkat PC dan PAC LDII se-Kota Makassar diantaranya PC Rappocini, PC Tamalate, PC Biringkanaya, PC Manggala, PC Mamajang, PC Panakkukang, PAC Paccerakkang, PAC Pannampu, PAC Parang Tambung, dan PAC Tamalanrea.
Menurut Sukardi, Alquran telah mengatur etika komunikasi. “Ketika menyampaikan sesuatu, sampaikan berkata benar. Jangan dusta atau bohong. Sebagai pengurus LDII, kita harus mengejawantahkan kejujuran. Itulah yang namanya qaulan sadida,” ujar penyandang enam gelar magister ini.
Sukardi menuturkan, qaulan baligho artinya berbicara dengan pembicaraan yang berbekas di jiwa, lugas, jelas, terang maknanya, dan tidak multitafsir. Adapun qaulan ma’rufa berkaitan dengan sikap dalam berkomunikasi. Sedangkan qaulan karima dimaknai perkataan mulia, terhormat, dan menunjukkan keluhuran. “Seperti sikap anak saat berkomunikasi dengan orang tuanya,” kata akademisi lulusan Universitas Indonesia (UI) ini.
Adapun qaulam maisuro adalah perkataan yang mudah dipahami dan tidak menyinggung perasaan. Perihal qaulan layyinan, lanjutnya, yaitu berkata dengan lemah lembut. “Allah SWT memerintahkan Nabi Musa bertemu Firaun menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan tutur kata lemah lembut,” kata magister komunikasi UIN Alauddin Makassar ini.
Segenap unsur dalam LDII, kata Sukardi, perlu memahami ilmu komunikasi organisasi. “Ini penting karena dalam organisasi itu ada interaksi antara orang yang satu dengan yang lain
Pimpinan membangun komunikasi secara vertikal dan horisontal. Jalin komunikasi dengan eksternal stakeholder, yaitu pemerintah. Di tingkat DPD, jalin komunikasi dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), walikota, Kepala Kesbangpol, Kepala SKPD, dan Kepala Kementerian Agama,” ujar dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) ini.
LDII di tingkat kecamatan, supaya menjalin komunikasi dengan muspika yang ada di kecamatan, seperti camat, danramil, dan kapolsek. “Indikator keberhasilan organisasi yaitu jika mampu menjalin komunikasi secara internal maupun eksternal,” ujar Sukardi yang kelahiran Parepare ini.
Di tempat yang sama, Ketua LDII Makassar Renreng Tjolli mengutarakan, sebagai lembaga keagamaan, LDII mendukung program Pemerintah Kota Makassar yang terkait dengan pembinaan umat. “Misalnya LDII mendukung program pengajian lorong, gerakan Shalat Subuh berjamaah, gerakan jagai anak ta, dan gerakan kebersihan lorong,” ujar Renreng yang juga Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan ini.
Ihwal pelatihan dan pembekalan organisasi, kata Renreng, digelar untuk memberi pengetahuan dan keterampilan kepada pengurus DPD, PC, dan PAC LDII se-Kota Makasar terkait keterampilan berkomunikasi dan surat menyurat. “Agar bisa menulis surat yang sesuai dengan pedoman organisasi LDII,” katanya.
0 komentar: